Mungkin tiga minggu adalah waktu yang sedikit untuk langsung bisa melupakan,terutama melupakan kita yang pernah bersama meski tanpa status. Kebersamaan itu sudah lewat,kehangatan yang kau berikan lewat pesan singkat dan telepon pun,sudah tak terasa. Meskipun,kita masih berhubungan dengan cukup baik,tapi tidak seperti dulu. Aku merindukan saat-saat itu. Yang ku rindukan,bukan panggilan "sayang" atau semacamnya,tapi kebersamaan kita,candaan kita,candaanmu,nyanyianmu,tawaku yang seakan meledak-ledak,semua caramu yang menyatakan kau gemas,dan semua pertengkaran kita,lalu saat kamu membangunkanku lewat telepon untuk menonton pertandingan sepak bola tim favorit kita,semuanya begitu membekas,begitu terasa,hingga saat mengingatnya pun terasa menyakitkan;karena aku merindukannya.
Merindukan bukanlah hal sulit,yang menjadikannya sulit adalah bagaimana rindu ini agar tak lagi menjadi rindu. Agar tak lagi menjadi rindu,kamu perlu menyatakan,bukan? Tetapi bagaimana dengan kita yang tak lagi bersama,yang bahkan aku tak lagi tahu tentang perasaanmu. Tapi kamu tahu perasaanku. Lalu kenapa tak mencoba melanjutkan? Atau,mengulanginya dari awal? Mungkin perasaanmu sudah berubah,mungkin. Mungkin gengsi menguasaimu,mungkin...
Dan kita kini hanya 'kamu' dan 'aku' ya,meski sebelumnya pun memang kamu dan aku,kita tak pernah benar-benar jadi 'kita'.
Dimana letak kesalahan jika seorang laki-laki berpacaran dengan perempuan yang lebih tua umurnya,yang merupakan kakak kelasnya?
Dimana letak kesalahan jika seorang perempuan mencintai seorang laki-laki yang lebih muda usianya?
Dimana letak kesalahan jika seorang laki-laki yang terpaut usia 1 tahun lebih muda dengan seorang perempuan saling mencintai?
Bukankah cinta tak menghitung usia? Tak mengenal siapa yang lebih muda,atau lebih tua.
Aku tak menuntut status saat ini juga,aku hanya ingin kamu mengetahui ini,entahlah apa 'ini'.