Jumat, 16 Agustus 2013

AKU DAN DIA

Aku ingat saat itu. 
Senyumnya, tawa lepasnya, kerutan dahinya, semua tentangnya. 
Aku ingat dia, seperti tiap momen dengan dia membekas dalam otak dan hatiku. 
Bukan, dia bukan pacarku. Dia berarti bagiku namun takdir belum membiarkan kita bersatu. 

Aneh memang ketika engkau tahu semua tentang dia namun kalian tidak bisa bersama. Terkadang aku berpikir untuk apa dua orang saling bertemu namun pada akhirnya mereka tidak bisa bersama? 

Dia pergi lalu datang kembali. Dia menyakiti lalu memperbaiki.

Aku ingat saat pertama kami bertemu, suatu kebetulan yang tak pernah ku ketahui akan begitu membekas dan berarti. 

Awalnya hanya sebuah perkenalan singkat, lalu kami berkirim pesan dan kami menjadi cukup dekat. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan berlalu tiba-tiba perasaan itu muncul. 
Perasaan yang tak bisa aku hindari. Lucu ketika mengingat semuanya terjadi secara tidak sengaja. Sesuatu yang awalnya biasa menjadi begitu berarti. Empat bulan, lima bulan, enam bulan aku menyadari bahwa aku benar-benar menyayanginya. 

Namun segala sesuatu tentu berubah bukan? 

People change, feelings change. Sometimes when people grow, they grow apart. He turned my world upside down. 

Kamu tahu rasanya ketika seseorang yang sangat berarti tiba-tiba pergi dari hidupmu? kecewa, sedih. Kamu tahu ketika orang itu pergi dan kita berusaha melupakannya namun seketika dia hadir lagi? Sulit. 


Dia selalu begitu, detik ini dia datang, detik berikutnya ia pergi. Tapi aku tidak perduli. aku masih di sini, menunggunya. Enam bulan setelahnya, dia benar-benar pergi. Dia mendapatkan seseorang, namun orang itu bukanlah aku. 

Sedih? Sudah pasti. Namun rasa sayangku masih lebih kuat untuknya, terlalu naif memang. 

Tapi aku merasa dia yang terbaik untukku, dia akan kembali padaku, mungkin tidak saat ini tapi dia pasti kembali padaku. Suggesti-suggesti seperti itu yg selalu aku terapkan, namun kenyataan seperti memusuhiku. Memang benar terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. 

Lalu aku sampai pada titik lelah. Mengetahui kenyataan bahwa ia takkan kembali. 

Aku terlalu bodoh karena tidak bisa melihat kebahagiaan dalam sisi yang lain. Karena selama ini yang aku tahu, kebahagiaan itu adalah dia. Terkadang Tuhan membanting kita jauh untuk menyadarkan kita bahwa apa yang kita pertahankan selama ini salah. Aku sayang dia, tapi bagaimana dengannya? 

Dan akupun sadar bahwa titik puncak tertinggi cinta itu ketika merelakan kepergiannya.


(dikutip dari: www.kawankumagz.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar