Aku ingat saat itu.
Senyumnya, tawa lepasnya,
kerutan dahinya, semua tentangnya.
Aku ingat dia, seperti
tiap momen dengan dia membekas dalam otak dan hatiku.
Bukan, dia bukan pacarku.
Dia berarti bagiku namun takdir belum membiarkan kita bersatu.
Aneh memang ketika engkau
tahu semua tentang dia namun kalian tidak bisa bersama. Terkadang aku berpikir
untuk apa dua orang saling bertemu namun pada akhirnya mereka tidak bisa
bersama?
Dia pergi lalu datang
kembali. Dia menyakiti lalu memperbaiki.
Aku ingat saat pertama
kami bertemu, suatu kebetulan yang tak pernah ku ketahui akan begitu membekas
dan berarti.
Awalnya hanya sebuah
perkenalan singkat, lalu kami berkirim pesan dan kami menjadi cukup dekat. Satu
bulan, dua bulan, tiga bulan berlalu tiba-tiba perasaan itu muncul.
Perasaan yang tak bisa
aku hindari. Lucu ketika mengingat semuanya terjadi secara tidak sengaja.
Sesuatu yang awalnya biasa menjadi begitu berarti. Empat bulan, lima bulan,
enam bulan aku menyadari bahwa aku benar-benar menyayanginya.
Namun segala sesuatu
tentu berubah bukan?
People change, feelings
change. Sometimes when people grow, they grow apart. He turned my world upside
down.
Kamu tahu rasanya ketika
seseorang yang sangat berarti tiba-tiba pergi dari hidupmu? kecewa, sedih. Kamu
tahu ketika orang itu pergi dan kita berusaha melupakannya namun seketika dia
hadir lagi? Sulit.
Dia selalu begitu, detik
ini dia datang, detik berikutnya ia pergi. Tapi aku tidak perduli. aku masih di
sini, menunggunya. Enam bulan setelahnya, dia benar-benar pergi. Dia
mendapatkan seseorang, namun orang itu bukanlah aku.
Sedih? Sudah pasti. Namun
rasa sayangku masih lebih kuat untuknya, terlalu naif memang.
Tapi aku merasa dia yang
terbaik untukku, dia akan kembali padaku, mungkin tidak saat ini tapi dia pasti
kembali padaku. Suggesti-suggesti seperti itu yg selalu aku terapkan, namun
kenyataan seperti memusuhiku. Memang benar terkadang apa yang kita harapkan
tidak sesuai dengan kenyataan.
Lalu aku sampai pada
titik lelah. Mengetahui kenyataan bahwa ia takkan kembali.
Aku terlalu bodoh karena
tidak bisa melihat kebahagiaan dalam sisi yang lain. Karena selama ini yang aku
tahu, kebahagiaan itu adalah dia. Terkadang Tuhan membanting kita jauh untuk
menyadarkan kita bahwa apa yang kita pertahankan selama ini salah. Aku sayang
dia, tapi bagaimana dengannya?
Dan akupun sadar bahwa
titik puncak tertinggi cinta itu ketika merelakan kepergiannya.