Minggu, 23 April 2017

Sepenggal Cerita Untukmu

Aku bukan wanita yang gemar meng-upload fotomu secara online dan menambahkan kata-kata manis didalamnya, bukan pula wanita yang akan secara resmi memperkenalkanmu kepada teman-teman dan orang tuaku, aku juga bukan wanita paling sabar yang akan sering diam pada beberapa kondisi. Tapi aku hanya  akan berkata-kata manis secara langsung kepadamu di malam-malam yang tidak tentu, bukan karena supaya kau tahu aku mencintaimu, hanya saja karena aku ingin, ketahuilah ketika aku mencintaimu, hal itu adalah lebih dari kata-kata. Aku memang tak akan mempekenalkanmu secara resmi kepada orang- orang disekitarku, tapi ketika kau menjemputku dan aku sedang bersama teman-temanku, atau ketika kau sedang berkunjung ke rumahku, maka tersenyumlah pada mereka. Pada kondisi tertentu, yang aku tidak suka, marahku bisa meledak-ledak, kadang sulit ditenangkan, yang perlu kau lakukan hanyalah memberikan aku segala  sabarmu yang tak ubahnya air, air yang mampu menenangkanku, atau bila kamu sedang ada waktu, datanglah ke rumahku untuk bicara, rangkul aku sebentar dan mulailah bicara. Percayalah, tak ada yang lebih menenangkan selain sebuah pelukan.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak banyak yang bisa aku kisahkan tentang perpisahan, memangnya apa yang bisa kuhadirkan pada sebuah kisah tentang perpisahan selain kesedihan?
Perpisahan kita bukanlah cerita baru, melainkan sebuah penggalan cerita lama. Yang harusnya aku sadari sejak lama, bahwa perpisahan ini pernah terjadi, sehingga ini bukan hal baru yang perlu aku tangisi. Tapi aku melakukannya, seolah ini hal baru, yang tak pernah aku alami. Bukankah ada banyak kisah sebelum ini yang berakhir sama?
Ya, memang. Tapi denganmu adalah yang tak terduga. Bisa bersama denganmu pun sebenarnya tidak pernah kuduga. Kisah yang berawal di bangku sekolah, yang berlanjut hingga kelulusan, dan terus berlanjut hingga bangku kuliah. Aku masih ingat 2015 lalu, kau begitu  ingin melanjutkan pendidikanmu diluar kota, doa-doa dan usaha pun mengantarkanmu ke sebuah perguruan tinggi swasta di Jawa Barat, beribu kilometer jauhnya dari Sumatera. Rinduku tak bisa sampai kesana, jadi ia hanya menetap disini, menemaniku ketika sepi menghampiri. Tidak sedikitpun aku khawatir kau akan tidak betah disana, namun memasuki minggu ke-3, aku pun mulai khawatir denganmu yang terus bercerita bahwa kau ingin pulang. Masih kuingat sebuah kalimat yang kau ucapkan padaku hari itu lewat pesan singkat, “I miss you. I miss my room. And I miss my playstation.” Kerinduan sederhana, yang terlontar dari sosok sederhana sepertimu, membuatku mengiba, namun tetap aku kuatkan dirimu, bahwa kau harus bertahan. Ada cita-cita yang harus kau raih disana. Tapi kau menyerah, dan aku gagal.
Namun aku tidak kemana-mana, aku tetap disana, tetap menemanimu. Selalu sebisa mungkin membalas pesan singkat darimu yang datang hampir setiap menit. Aku tidak ingin kau kesepian. Terutama, di keadaan psikologismu yang sempat memburuk. Aku percaya tidak semua orang mau tetap ada untuk seseorang di keadaan semacam itu, keadaan yang lumayan buruk menurutku. Di detik pertama kau adalah sosok yang tenang dan menenangkan, namun beberapa detik berikutnya kau bisa menjadi seseorang yang bukan dirimu. Dan itu terjadi hampir setiap hari. Aku sendiri pun sempat dikendalikan oleh keadaan itu, aku takut hal ini akan terjadi sepanjang hidupku. Tapi aku memilih untuk melawan dan terus berusaha agar tetap ada buatmu. Dan aku senang, kita berhasil melewatinya.
Tahun demi tahun kita lewati, masalah demi masalah datang menghampiri. Kita tidak sekokoh gunung, pun tidak sehebat matahari. Kita pernah menyerah, namun tidak sepenuhnya. Mungkin kita tidak pernah menyerah, hanya beristirahat sebentar dari lelahnya berjuang. Aku pun menyadari kau bisa saja lelah dan menyerah, kau pun bisa saja pergi dan memilih wanita lain yang punya banyak kelebihan daripada aku, tapi aku selalu yakin bahwa kau bukanlah laki-laki seperti itu, dan percayalah, keyakinanku ini tumbuh karena buah dari semua usahamu. Aku tidaklah terlambat menyadari semua ini, aku hanya terlambat mengungkapkan.
Aku mengungkapkan banyak hal setelah semuanya berubah. Kita tidak lagi tersenyum untuk satu sama lain, kita tidak lagi menguatkan satu sama lain, aku bahkan tidak lagi mengenali dirimu. Sebuah kutipan mengatakan, “Yang pergi bisa saja datang lagi, tapi yang berubah sulit untuk kembali dikenali.” Aku setuju. Bayangkan saja seseorang tidak lagi kukenali datang kembali, semuanya pasti terasa berbeda.
Kau benar, aku terlambat. Dan sepertinya, tak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk itu. Kau bahkan terlalu tidak mau peduli tentang apa yang terjadi padaku. Aku tidak tahu harus bagaimana menyikapi ini, selain bersyukur karena Tuhan hanya memisahkan hati kita dan bukannya alam kita. Setidaknya, aku masih bisa melihat wajahmu sesekali meski hanya dari kejauhan.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Dan kau pun begitu, tidak terlalu gemar meng-update media sosialmu, sekalipun kau lakukan, itu pasti bukan sebuah kiriman dengan fotoku atau foto kita dengan kata-kata manis. Setidaknya, itulah standar romantis yang berkembang saat ini. Tapi kau, bukanlah orang yang akan mengikuti berbagai standar untuk mendapatkan suatu cap tertentu dari lingkungan sosialmu. Sosokmu sangat sederhana, terlihat biasa saja, bahkan jarang mempedulikan penampilan. Tapi, banyak yang kau simpan didalam sosokmu itu, banyak yang orang tidak ketahui tentangmu. Tentang bagaimana kau mampu memperlakukan aku sebagai wanitamu dengan spesial, tentang bagaimana kau mampu tak hanya menjadi seorang kekasih bagiku namun juga menjadi seorang sahabat. Kita pernah menjadi sepasang kekasih yang sebentar menjelma menjadi sepasang sahabat saat kita bermain playstation bersama, aku masih bisa mengingat dengan jelas wajahmu yang jengkel karena aku kalahkan berkali-kali dalam game UFC , aku juga ingat betapa sengit permainan kita dalam game Dinasty Warrior. Kau pun bisa menjelma menjadi lawan politik bagiku. Terkadang kita berbicara tentang politik, sejarah dunia, bahkan konspirasi. Pengetahuanmu yang seringnya lebih luas dariku, menjadikanmu guru bagiku, namun kau sendiri selalu membaginya tanpa terlihat menggurui. Sungguh, terlalu banyak hal tentangmu yang aku sukai bahkan aku cintai, yang tidak pernah aku temukan pada sosok lainnya, dan tentunya, hal-hal hebat tentangmu itu akan jadi hal yang selalu aku rindukan.

Sekian. Semoga nanti akan ada hal lain yang bisa aku ceritakan lagi tentangmu.