“udah bel, duluan ya
kak.” Ujar Ariska dengan lembut.
“eh, iya, iya.” Jawab Bayu, gugup. Setelah tubuh mungil itu menghilang dari pandangannya, baru ia tersadar. “kenapa tadi tidak ku tanyakan ia kelas berapa, dan nomor handphone-nya. Aduh, bodoh!” ia berkata sendiri sambil berjalan menuju kelasnya. Ketika itu ia lebih mirip orang gila yang bertebaran di jalan raya.
“eh, iya, iya.” Jawab Bayu, gugup. Setelah tubuh mungil itu menghilang dari pandangannya, baru ia tersadar. “kenapa tadi tidak ku tanyakan ia kelas berapa, dan nomor handphone-nya. Aduh, bodoh!” ia berkata sendiri sambil berjalan menuju kelasnya. Ketika itu ia lebih mirip orang gila yang bertebaran di jalan raya.
Siang ini tampak
matahari sedang dalam perasaan ceria, dan ia bersinar sesuka hatinya hingga
panasnya bagai merobek kulit. Ariska pulang dengan jalan kaki hari ini, buatnya
siang hari yang panas ini benar-benar sempurna. Sempurna yang dimaksud adalah
penderitaan.
Di sisi kiri dan kanan
jalanan terlihat dua orang laki-laki yang sama-sama mengendarai sepeda motor
sport. Salah satu dari mereka, sudah pasti Arka, yang satu lagi?. Seketika
laki-laki yang wajahnya tertutup helm itu menghampiri Ariska bersama dengan
sepeda motor sport-nya.
“Hai, cantiiiiiik ...
pulang bareng abang yuk.” Laki-laki itu menggoda. Arka hanya memperhatikah
adegan itu, ia terlalu takut untuk maju, ia terlalu takut akan babak belur
lantaran laki-laki misterius itu. Karena secara fisik, Arka memang kalah besar.
Dan juga kalah nyali, pasti.
“ih, apaan sih!? Gak usah norak ya!” Ariska berusaha marah dan membentak orang itu. Namun tetap ia tidak bisa marah, karena pembawaan bicara Ariska memang tidak ada bedanya saat sedang marah atau keadaan apapun. Tutur katanya lembut.
laki-laki itu lalu membuka helm nya “hei, ini aku. Bayu”
“oh, aku kira orang usil. Sorry udah ngebentak.” Ariska menjelaskan.
“ngebentak?” Bayu tertawa kecil. “udah yuk, buruan naik, panas nih.”
Ariska hanya tersenyum lalu naik duduk ke atas jok bagian belakang motor itu. Dan ketika itu, ia menoleh ke belakang dan ia mendapati Arka sedang memperhatikannya dengan saksama seakan tanpa berkedip. Lalu motor itu melaju cepat seakan berlomba dengan angin.
“ih, apaan sih!? Gak usah norak ya!” Ariska berusaha marah dan membentak orang itu. Namun tetap ia tidak bisa marah, karena pembawaan bicara Ariska memang tidak ada bedanya saat sedang marah atau keadaan apapun. Tutur katanya lembut.
laki-laki itu lalu membuka helm nya “hei, ini aku. Bayu”
“oh, aku kira orang usil. Sorry udah ngebentak.” Ariska menjelaskan.
“ngebentak?” Bayu tertawa kecil. “udah yuk, buruan naik, panas nih.”
Ariska hanya tersenyum lalu naik duduk ke atas jok bagian belakang motor itu. Dan ketika itu, ia menoleh ke belakang dan ia mendapati Arka sedang memperhatikannya dengan saksama seakan tanpa berkedip. Lalu motor itu melaju cepat seakan berlomba dengan angin.
to be continued ...